Sabtu, 19 Februari 2011

Ponsel dan Kanker Otak

Tak ada bukti peningkatan penyakit kanker otak yang signifikan sejak ponsel diperkenalkan.


Studi yang dilakukan para ilmuwan University of Manchester menemukan bahwa rumor yang selama ini berkembang luas tentang tingginya risiko terkena kanker otak akibat sinyal ponsel tidak terbukti. frekuensi radio yang dikeluarkan telepon genggam atau ponsel tidak meningkatkan risiko kanker secara signifikan.

Para peneliti menggunakan data publik yang tersedia di kantor statistik nasional Inggris untuk melihat tren tingginya penderita kanker otak yang didiagnosa di Inggris dalam kurun waktu 1998 hingga 2007.

Studi yang sempat diterbitkan dalam jurnalBiolectromagnetics mengatakan bahwa tidak ada statistik yang menunjukkan peningkatan penyakit kanker yang signifikan baik pada pria maupun wanita dalam jangka waktu sembilan tahun itu.

"Pengguna ponsel di Inggris dan sejumlah negara lain meningkat tajam sejak era 1990-an di mana ponsel pertama kali diperkenalkan," kata kepala peneliti Dr. Frank de Vocht, yang juga berperan sebagai pakar kesehatan kerja dan lingkungan di University of Manchester.

"Namun, muncul kontroversi yang mengatakan frekuensi radio dari ponsel meningkatkan risiko kanker otak. Temuan kami menunjukkan bahwa hubungan sebab-akibat antara ponsel dan kanker tidak mungkin, karena tidak ada bukti peningkatan penderita kanker otak yang signifikan sejak ponsel diperkenalkan hingga sekarang," katanya.

Dr. de Vocht mengatakan bahwa tidak ada mekanisme biologis yang masuk akal untuk menjelaskan gelombang radio dapat merusak gen kita secara langsung, sehingga menyebabkan sel-sel menjadi kanker. Seharusnya, jika rumor tersebut benar, maka akan ada pertumbuhan penyakit kanker otak secara signifikan sepanjang tahun 1998-2007 dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Tim yang juga beranggotakan peneliti dari Institute of Occupational Medicine dari Edinburgh (Skotlandia) dan Universitas Drexel dari Philadelphia (AS) menemukan bahwa terjadi peningkatan kecil penyakit kanker pada lobus temporal 0,6 kasus per 100 ribu orang, atau bertambah 31 kasus per tahun pada populasi 52 juta. (sumber: vivanews)

Sabtu, 12 Februari 2011

295 Eksabita, Jumlah Semua Data di Bumi


Bila data di seluruh Dunia disatukan, Sebesar apakah ?
Seperti dikutip dari situs BBC, hasil penelitian yang dilakukan oleh Martin Hilbert dan Proscilla Lopez dari University of Southern California, seluruh data digital di muka bumi ini, pada 2007 adalah sebesar 295 eksabita( setara dengan 1,2 miliar kali kapasitas hard disk drive di komputer kebanyakan ).
mereka mengkalkulasi data tersebut dengan mengumpulkan data analog maupun digital selama 1986 hingga 2007. Mereka juga memasukkan berbagai data di berbagai platform kuno seperti floppy disc juga film x-ray hingga mikrocip pada kartu kredit.
Survey ini memilih periode tersebut karena periode itu dikenal sebagai masa "revolusi informasi" di mana manusia mulai melakukan transisi menuju digital age
Studi ini menunjukkan bahwa pada 2000, sekitar 75 persen informasi tersimpan sebagai data analog, termasuk dalam format kaset video. Namun, pada 2007, 94 persen data kini disimpan dalam bentuk digital.
 Angka sebesar 295 eksabita tersebut diperolah para peneliti dengan menghitung data-data yang berjalan di 25 platform teknologi berbeda, antara lain, mulai dari komputer PC, DVD hingga iklan koran hingga buku-buku. 
"Bila kita masukkan semua informasi tadi ke dalam buku, maka kita bisa menutupi seluruh permukaan daerah AS atau China dengan tiga lapis buku," kata Martin Hilbert kepada BBC.
Sementara, jumlah informasi tersebut bila disimpan secara digital ke dalam CD, kata Hilbert, maka akan cakram-cakram CD tersebut bila dijejerkan, bisa mencapai jarak bumi-bulan. 
Hal lain yang menarik dari riset ini adalah, manusia menyiarkan sekitar dua zetabita data melalui udara. Satu zetabita adalah setara dengan 1000 eksabita. Ini sama dengan informasi 175 surat kabar untuk setiap orang setiap per hari.
"DNA di dalam satu tubuh manusia bisa menyimpan hingga 300 kali informasi yang lebih banyak daripada yang kita simpan di seluruh perangkat teknologi kita," kata Hilbert.
Jumlah data tadi sepertinya memang terdengar begitu besar. Namun, menurut Hilbert, lebih besar jumlah data yang diolah dan disimpan secara alamiah oleh tubuh.
ct.viva.